Minggu, 07 Februari 2016

Langkah-langkah Umum Pembelajaran Kurikulum 2013 dengan Pendekatan Saintifik







Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah (saintifik). Langkah-langkah pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam proses pembelajaran meliputi menggali informasi melaui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta. 

Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat non-ilmiah. Pendekatan saintifik dalam pembelajaran disajikan sebagai berikut:

a. Mengamati (observasi)

Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya. Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik. Sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. 

Kegiatan mengamati dalam pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a, hendaklah guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan: melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah melatih kesungguhan, ketelitian, dan mencari informasi. 

b. Menanya


Dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan secara luas kepada peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dibaca atau dilihat. Guru perlu membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan pertanyaan: pertanyaan tentang yang hasil pengamatan objek yang konkrit sampai kepada yang abstra berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak. 

Pertanyaan yang bersifat faktual sampai kepada pertanyaan yang bersifat hipotetik. Dari situasi di mana peserta didik dilatih menggunakan pertanyaan dari guru, masih memerlukan bantuan guru untuk mengajukan pertanyaan sampai ke tingkat di mana peserta didik mampu mengajukan pertanyaan secara mandiri. Dari kegiatan kedua dihasilkan sejumlah pertanyaan. Melalui kegiatan bertanya dikembangkan rasa ingin tahu peserta didik.

Semakin terlatih dalam bertanya maka rasa ingin tahu semakin dapat dikembangkan. Pertanyaan terebut menjadi dasar untuk mencari informasi yang lebih lanjut dan beragam dari sumber yang ditentukan guru sampai yang ditentukan peserta didik, dari sumber yang tunggal sampai sumber yang beragam.

Kegiatan “menanya” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik). 

Adapun kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat.


c. Mengumpulkan Informasi (mengeksplorasi)

Kegiatan “mengumpulkan informasi” merupakan tindak lanjut dari bertanya. Kegiatan ini dilakukan dengan menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu peserta didik dapat membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau objek yang lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen.

Dari kegiatan tersebut terkumpul sejumlah informasi. Dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, aktivitas mengumpulkan informasi dilakukan melalui eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengamati objek / kejadian, aktivitas wawancara dengan nara sumber dan sebagainya.

Adapun kompetensi yang diharapkan adalah mengembangkan sikap teliti, jujur,sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat.


d. Mengasosiasikan/ Mengolah Informasi/Menalar

Kegiatan “mengasosiasi / mengolah informasi / menalar” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah memproses informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. 

Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan. 

Kegiatan ini dilakukan untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainya, menemukan pola dari keterkaitan informasi tersebut. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan. 

Aktivitas ini juga diistilahkan sebagai kegiatan menalar, yaitu proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. 

Aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada Kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemauan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukannya menjadi penggalan memori. 

Selama mentransfer peristiwa-peristiwa khusus ke otak, pengalaman tersimpan dalam referensi dengan peristiwa lain. Pengalaman-pengalaman yang sudah tersimpan di memori otak berelasi dan berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya yang sudah tersedia.


e. Menarik kesimpulan 

Kegiatan menyimpulkan dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik merupakan kelanjutan dari kegiatan mengolah data atau informasi. Setelah menemukan keterkaitan antar informasi dan menemukan berbagai pola dari keterkaitan tersebut, selanjutnya secara bersama-sama dalam satu kesatuan kelompok, atau secara individual membuat kesimpulan. 


f. Mengkomunikasikan 


Pada pendekatan scientific guru diharapkan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pol. Hasil tersebut disampaikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut. 

Kegiatan “mengkomunikasikan” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya. 

Adapun kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar.


Sabtu, 06 Februari 2016

Jenis-jenis Pendekatan Saintifik Dalam Pembelajaran Kurikulum 2013 dan Contoh Penerapannya



Dalam setiap pelaksanaan kegiatan pembelajaran, pada dasarnya dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kegiatan pokok, yaitu :
  • kegiatan pendahuluan,
  • kegiatan inti, dan 
  • kegiatan penutup. 

1. Kegiatan pendahuluan

Kegiatan pendahuluan bertujuan untuk menciptakan suasana awal pembelajaran yang efektif yang memungkinkan siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Sebagai contoh ketika memulai pembelajaran, guru menyapa anak dengan nada bersemangat dan gembira (mengucapkan salam), mengecek kehadiran para siswa dan menanyakan ketidakhadiran siswa apabila ada yang tidak hadir dll.

Dalam metode saintifik tujuan utama kegiatan pendahuluan adalah memantapkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep yang telah dikuasai yang berkaitan dengan materi pelajaran baru yang akan dipelajari oleh siswa. Oleh karena itu dalam kegiatan ini guru harus mengupayakan agar siswa yang belum paham suatu konsep dapat memahami konsep tersebut, sedangkan siswa yang mengalami kesalahan konsep, kesalahan tersebut dapat dihilangkan. Pada kegiatan pendahuluan, disarankan guru menunjukkan fenomena atau kejadian “aneh” atau “ganjil” (discrepant event) yang dapat menggugah timbulnya pertanyaan pada diri siswa.

2. Kegiatan inti


Kegiatan inti merupakan kegiatan utama dalam proses pembelajaran atau dalam proses penguasaan pengalaman belajar (learning experience) siswa. Kegiatan inti dalam pembelajaran adalah suatu proses pembentukan pengalaman dan kemampuan siswa secara terprogram yang dilaksanakan dalam durasi waktu tertentu. Kegiatan inti dalam metode saintifik ditujukan untuk terkonstruksinya konsep, hukum atau prinsip oleh siswa dengan bantuan dari guru melalaui langkah-langkah kegiatan yang diberikan di muka.

3. Kegiatan penutup

Kegiatan penutup ditujukan untuk dua hal pokok. Pertama,validasi terhadap konsep, hukum atau prinsip yang telah dibangun oleh siswa. Kedua, pengayaan materi pelajaran yang dikuasai siswa.


Contoh Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Intructional)


Problem Based Intructional (PBI) berlandaskan pada psikologi kognitif. Fokus guru tidak begitu menekankan kepada apa yang sedang dilakukan peserta didik (perilaku peserta didik) melainkan kepada apa yang mereka pikirkan (kognisi) pada saat mereka melakukan kegiatan itu. Oleh karena itu peran utama guru pada PBI adalah membimbing dan memfasilitasi sehingga peserta didik dapat belajar berpikir dan memecahkan masalah oleh mereka sendiri.

Sintaks Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) terdiri dari lima tahap utama, yang dimulai dengan guru mengorientasikan peserta didik kepada situasi masalah yang autentik dan diakhiri dengan penyajian karya. Jika jangkauan masalahnya sedang-sedang saja, kelima tahapan tersebut dapat diselesaikan dalam dua sampai tiga kali pertemuan. Namun masalah yang kompleks mungkin akan membutuhkan setahun penuh untuk menyelesaikannya.

Adapun tahapan dan indikator tingkah laku guru menurut sintaks pembelajaran problem based learning (PBL), sebagai berikut:

  1. Orientasi peserta didik kepada masalah; Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, Menjelaskan logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi peserta didik untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilihnya
  2. Mengorganisasi peserta didik untuk Belajar, Guru membantu peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut
  3. Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok, Guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
  4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya: Guru membantu peserta didik dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
  5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah: Guru membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan


Contoh penerapan Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning)


Pembelajaran berbasis proyek atau tugas adalah metode belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam pengumpulan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktivitas secara nyata. Pembelajaran berbasis proyek/tugas (projectbased/ task learning) membutuhkan suatu pendekatan guruan komprehensif di mana lingkungan belajar peserta didik didesain agar peserta didik dapat melakukan penyelidikan terhadap masalah-masalah autentik termasuk pendalaman materi dari suatu topik, dan melaksanakan tugas bermakna lainnya. 

Pendekatan ini memperkenankan peserta didik untuk bekerja secara mandiri dalam mengkostruksikannya dalam produk nyata. Dalam pembelajaran berbasis proyek, peserta didik diberikan tugas atau proyek yang kompleks, cukup sulit, lengkap, tetapi realistik dan kemudian diberikan bantuan secukupnya agar mereka dapat menyelesaikan tugas. Di samping itu, penerapan strategi pembelajaran berbasis proyek/tugas ini mendorong tumbuhnya kompetensi nurturant seperti kreativitas, kemandirian, tanggung jawab, kepercayaan diri, dan berpikir kritis dan analitis.

Tahapan Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning). Secara umum Pembelajaran Berbasis Proyek memiliki pedoman tahapan: Planning (perencanaan), Creating (mencipta atau implementasi) dan Processing (pengolahan) tetapi dari tiga tahapan tersebut dapat dideskripsikan menjadi enam tahapan sebagai berikut:

  1. Persiapan; pada tahap ini guru merancang desain atau membuat kerangka proyek yang bermanfaat dalam menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh peserta didik dalam mengembangkan pemikiran terhadap proyek tersebut sesuai dengan kerangka yang ada, dan menyediakan sumber yang dapat membantu pengerjaannya. Hal ini akan mendukung keberhasilan peserta didik dalam menyelesaikan suatu proyek dan cukup membantu dalam menjawab pertanyaan, beraktivitas dan berkarya. Kerangka menjadi sesuatu yang penting untuk dibaca dan digunakan oleh peserta didik.
  2. Penugasan/menentukan topik. Sesuai dengan tugas proyek yang diberikan oleh guru maupun pilihan sendiri, peserta didik akan memperoleh dan membaca kerangka proyek, lalu berupaya mencari sumber yang dapat membantu. Lalu peserta didik berupaya berpikir dengan kemampuannya berdasar pada pengalaman yang dimiliki, membuat pemetaan topik, dan mengembangkan gagasannya dalam menentukan sub topik suatu proyek.
  3. Merencanakan kegiatan. Peserta didik bekerja dalam proyek individual, kelompok dalam satu kelas atau antar kelas. Peserta didik menentukan kegiatan dan langkah yang akan diambil sesuai dengan sub topiknya, merencanakan waktu pengerjaan dari semua sub topik. Jika bekerja dalam kelompok, tiap anggota harus mengikuti aturan dan memiliki rasa tanggungjawab. Sedangkan guru berkewajiban menyampaikan isi dari rencana proyeknya kepada orang tua, sehingga orang tua ikut serta membantu dan mendukung anaknya dalam menyelesaikan proyek.
  4. Investigasi dan penyajian. Investigasi di sini termasuk kegiatan menanyakan pada ahlinya. Dalam perkembangannya, terkadang berisi observasi, atau eksperimen. Secara rutin, orang tua dan guru berkomunikasi untuk memantau kegiatan dan prestasi yang dicapai oleh peserta didik.
  5. Finishing. Peserta didik membuat laporan, presentasi, dan lain-lain sebagai hasil dari kegiatannya. Lalu guru dan peserta didik membuat catatan terhadap proyek untuk pengembangan selanjutnya. Peserta menerima feedback atas apa yang dibuatnya dari kelompok, teman, dan guru.
  6. Monitoring/Evaluasi. Guru menilai semua proses pengerjaan proyek yang dilakukan oleh tiap peserta didik berdasar pada partisipasi dan produktivitasnya dalam pengerjaan proyek.
  7. Kesimpulan, pembelajaran berbasis proyek/tugas adalah sebuah metode penyajian bahan pembelajaran yang diberikan oleh guru kepada peserta didik berupa seperangkat tugas yang harus dikerjakan peserta didik, baik secara individual maupun secara kelompok.


Contoh Penerapan Discovery Learning


Pengertian discovery learning menurut Jerome Bruner adalah metode belajar yang mendorong peserta didik untuk mengajukan pertanyaan dan menarik kesimpulan dari prinsip-prinsip umum praktis contoh pengalaman. Dan yang menjadi dasar ide J. Bruner ialah pendapat dari piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan secara aktif didalam belajar di kelas. Untuk itu Bruner memakai cara dengan apa yang disebutnya discovery learning, yaitu di mana murid mengorganisasikan bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir.

Menurut Bell (1978) belajar penemuan adalah belajar yang terjadi sebagia hasil dari peserta didik memanipulasi, membuat struktur dan mentransformasikan informasi sedemikian sehingga ie menemukan informasi baru. Dalam belajar penemuan, peserta didik dapat membuat perkiraan (conjucture), merumuskan suatu hipotesis dan menemukan kebenaran dengan menggunakan prose induktif atau proses dedukatif, melakukan observasi dan membuat ekstrapolasi.

Pembelajaran penemuan merupakan salah satu model pembelajaran yang digunakan dalam pendekatan konstruktivis modern. Pada pembelajaran penemuan, peserta didik didorong untuk terutama belajar sendiri melalui keterlibatan aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip. Guru mendorong peserta didik agar mempunyai pengalaman dan melakukan eksperimen dengan memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip atau konsep-konsep bagi diri mereka sendiri. 

Pemilihan model discovery learning memerlukan persyaratan pendukung untuk mereduksi kelemahan yang sering ditemukan, antara lain: 
  • Secara klasikal peserta didik memiliki kecerdasan/kecakapan awal yang lebih dengan keterampilan berbicara dan menulis yang baik. Peserta didik yang kurang pandai akan mengalami kesulitan untuk mengabstraksi, berpikir atau mengungkapkan hubungan antar konsep-konsep. Dikhawatirkan hal ini akan menimbulkan frustasi dalam belajar.
  • Jumlah peserta didik tidak terlalu banyak (jumlah maksimal di SD/MI sebanyak 28 peserta didik), karena untuk mengelola jumlah peserta didik yang banyak membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori atau pemecahan masalah lainnya. 
  • Pemilihan materi dengan kompetensi dominan pada aspek pemahaman yang dibutuhkan siswa uuntuk mencapai kopmpetensi yang diinginkan.
  • Fasilitas pembelajaran yang memadai dan menopang tercapainya tujuan pembelajaran seperti media, alat dan sumber belajar.

Adapun Langkah Pembelajaran Discovery Learning, sebagai berikut: 

  1. Menciptakan stimulus/rangsangan (Stimulation): Kegiatan penciptaan stimulus dilakukan pada saat peserta didik melakukan aktivitas mengamati fakta atau fenomena dengan cara melihat, mendengar, membaca, atau menyimak. Fakta yang disediakan dimulai dari yang sederhana hingga fakta atau femomena yang menimbulkan kontroversi. Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu peserta didik dalam mengeksplorasi bahan. Dalam hal ini Bruner memberikan contoh stimulasi dengan menggunakan teknik bertanya yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat menghadapkan peserta didik pada kondisi internal yang mendorong eksplorasi. Dengan demikian seorang Guru harus menguasai teknik-teknik dalam memberi stimulus agar tujuan mengaktifkan peserta didik untuk mengeksplorasi dapat tercapai.
  2. Menyiapkan pernyataan masalah (Problem Statement): Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutnya adalah guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atau opini atas pertanyaan masalah) (Syah 2004:244). Permasalahan yang dipilih itu selanjutnya dirumuskan dalam bentuk pertanyaan atau hipotesis, yakni pernyataan (statement) sebagai jawaban sementara atas pertanyaan yang diajukan. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengidentifikasi dan menganalisis permasalahan yang dihadapi merupakan teknik yang berguna agar mereka terbiasa menemukan suatu masalah.
  3. Mengumpulkan data (Data Collecting): Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan dalam rangka membuktikan benar atau tidaknya hipotesis (Syah, 2004:244). Dengan demikian peserta didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan (collection) berbagai informasi yang relevan, melalui berbagai cara, misalnya membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan narasumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya. Manfaat dari tahap ini adalah peserta didik belajar secara aktif untuk menemukan sesuatu yang berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi, sehingga secara alamiah peserta didik menghubungkan masalah dengan pengetahuan yang telah dimiliki.
  4. Mengolah data (Data Processing): Menurut Syah (2004:244) pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh peserta didik baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan. Semua informasi hasil bacaan, wawancara, observasi, dan sebagainya, semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu (Djamarah,2002:22). Pengolahan data disebut juga dengan pengkodean (coding) atau kategorisasi yang berfungsi sebagai pembentukan konsep dan generalisasi. Dari generalisasi tersebut peserta didik akan mendapatkan pengetahuan baru tentang alternatif jawaban/ penyelesaian yang perlu mendapat pembuktian secara logis.
  5. Memverifikasi data (Verification): Pada tahap ini peserta didik melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan sebelumnya dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing (Syah, 2004: 244). Verification menurut Bruner, proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya. Berdasarkan hasil pengolahan data dan tafsiran terhadap data, kemudian dikaitkan dengan hipotesis,maka akan terjawab apakah hipotesis tersebut terbukti atau tidak.
  6. Menarik kesimpulan (Generalisation): Tahap generalisasi/menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi (Syah, 2004: 244). Berdasarkan hasil verifikasi maka dirumuskan prinsipprinsip yang mendasari generalisasi. Setelah menarik kesimpulan peserta didik harus memperhatikan proses generalisasi yang menekankan pentingnya penguasaan materi pelajaran atas makna dan kaidah atau prinsip-prinsip yang luas yang mendasari pengalaman seseorang, serta pentingnya proses pengaturan dan generalisasi dari pengalamanpengalaman itu.


Adapun manfaat model pembelajaran Discovery Learning yaitu: 

  • Membantu peserta didik memperbaiki dan meningkatkan keterampilan kognisi. Usaha penemuan merupakan kunci dalam proses ini di mana keberhasilan tergantung pada bagaimana cara belajarnya. 
  • Pengetahuan yang diperoleh bersifat individual dan optimal karena menguatkan pengertian, ingatan, dan transfer pengetahuan.
  • Menumbuhkan rasa senang pada peserta didik, karena berhasil melakukan penyelidikan.
  • Memungkinkan peserta didik berkembang dengan cepat sesuai kemampuannya.
  • Menyebabkan peserta didik mengarahkan kegiatan belajar dengan melibatkan akal dan motivasinya.
  • Membantu peserta didik memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan diri melalui kerjasama dengan peserta didik lain.
  • Membantu peserta didik menghilangkan keraguan karena mengarah pada kebenaran final yang dialami dalam keterlibatannya.
  • Mendorong peserta didik berpikir secara intuitif, inisiatif, dalam merumuskan hipotesis.
  • dapat mengembangkan bakat, minat, motivasi, dan keingintahuan.
  • Memungkinkan peserta didik memanfaatkan berbagai sumber belajar.

Contoh Penerapan Pembelajaran Berbasis Kontekstual


Pembelajaran kontekstual atau dikenal dengan CTL merupakan konsep belajar yang dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. 

Dengan demikian, pembelajaran kontekstual sebagai suatu model pembelajaran yang memberikan fasilitas kegiatan belajar peserta didik untuk mencari, mengolah, dan menemukan pengalaman belajar yang lebih bersifat konkret (terkait dengan kehidupan nyata) melalui keterlibatan aktivitas peserta didik dalam mencoba, melakukan dan mengalami sendiri. Kegiatan belajar aktif bsa membuahkan hasil belajar yang langgeng. Misalnya dalam materi akhlak, peran guru memfasilitasi diinternalisasinya nilai-nilai oleh peserta didik antara lain guru sebagai fasilitator, motivator, partisipan, dan pemberi umpan balik.

Pembelajaran kontekstual lebih menekankan pada upaya memfasilitasi peserta didik mencari kemampuan untuk bisa hidup (life skill) dari apa yang dipelajarinya. Berdasarkan kegiatan yang ditimbulkannya, strategi pembelajaran yang ada pada pembelajaran konstruktif ini berpusat pada peserta didik. Karena strategi ini memiliki ciri bahwa pembelajaran menitikberatkan pada keaktifan peserta didik, kegiatan belajar dilakukan secara kritis dan analitik.

Peran pendidik dan peserta didik dalam pembelajaran kontekstual:

  • Murid sebagai individu yang sedang berkembang, kemampuan belajarnya akan dipengaruhi oleh perkembangan dan keluasan pengamalannya, sedangkan guru sebagai pembimbing peserta didik agar mereka bisa belajar sesuai dengan tahap perkembangannya.
  • Murid sebagai Individu yang selalu ingin mencoba memecahkan masalahnya dalam mengikuti proses pembelajaran, sedangkan guru akan memilihkan bahan ajar yang esensi untuk dipelajari murid-muridnya.
  • Murid sebagai individu yang mencari keterkaitan/ keterhubungan antara hal-hal yang baru dan hal-hal yang sudah diketahui, sedangkan guru selalu membantu agar setiap peserta didik mampu menemukan keterkaitan pengalaman baru dengan sebelumnya.
  • Murid sebagai ndividu yang sedang melakukan proses asimilasi dan akomodasi terhadap bergam situasi dan keadaan selama proses pembelajaran, sedangkan guru memposisikan dirinya sebagai fasilitator agar peserta didik mampu melakukan proses asimilasi dan akomodasi


Contoh Penerapan Pembelajaran Berbasis Kooperatif


Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran di mana peserta didik belajar bersama dan bertanggung jawab terhadap teman/kelompoknya. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan pada peserta didik untuk saling berinteraksi. Peserta didik yang saling menjelaskan pengertian suatu konsep pada temannya sebenarnya sedang mengalami proses belajar yang sangat efektif yang bisa memberikan hasil belajar yang jauh lebih maksimal daripada kalau dia mendengarkan penjelasan guru.

Pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengembangkan beberapa kecakapan hidup yang disebut sebagai kecakapan berkomunikasi dan kecakapan bekerja sama. Kecakapan ini memiliki peranan penting dalam kehidupan nyata. Pembelajaran kooperatif juga dapat dipakai sebagai sarana untuk menanamkan sikap inklusif, yaitu sikap yang terbuka terhadap berbagai perbedaan yang ada pada diri sesame peserta didik di sekolah. Pengalaman bekerja sama dengan teman yang memiliki perbedaan dari segi agama, suku, prestasi, jenis kelamin, dan lain lain diharapkan bisa membuat peserta didik menghargai perbedaan tersebut.

Sayangnya, dalam pembelajaran sehari-hari pembelajaran kooperatif sering dipahami hanya sebagai duduk bersama dalam kelompok. Peserta didik duduk berkelompok tapi tidak saling berinteraksi untuk saling membelajarkan; mereka bekerja sendiri-sendiri. Penerapan pembelajaran kooperatif akan memberikan hasil yang efektif kalau memerhatikan dua prinsip inti berikut. Pertama adalah adanya saling ketergantungan yang positif. 

Semua anggota dalam kelompok saling bergantung kepada anggota yang lain dalam mencapai tujuan kelompok, misalnya menyelesaikan tugas dari guru. Prinsip yang kedua adalah adanya tanggung jawab pribadi (individual accountability). Di sini setiap anggota kelompok harus memiliki kontribusi aktif dalam bekerja sama. 

Karena itu penting bagi kita mempelajari beberapa bentuk pembelajaran kooperatif dan penerapan yang sebenarnya supaya kesalahpahaman tentang belajar kelompok/kooperatif dalam pembelajaran dapat dihindari. Adapun langkah-langkah pembelajaran kooperatif yaitu:
Menyampaikan tujuan dan memotivasi peserta didik: Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada kegiatan pelajaran dan menekankan pentingnya topik yang akan dipelajari dan memotivasi peserta didik belajar
Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi atau materi kepada peserta didik dengan jalan demonstrasi atau melalui bahan bacaan.
Mengorganisasikan peserta didik ke dalam kelompok-kelompok belajar, Guru menjelaskan kepada peserta didik bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membimbing setiap kelompok agar melakukan transisi secara efektif dan efisien.
Membimbing kelompok bekerja dan belajar, Guru membimbing kelompokkelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka
Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
Memberikan penghargaan, Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.


Contoh Penerapan Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)


Direct Instruction diartikan dengan instruksi langsung dikenal juga dengan active learning atau ada juga yang menamakan whole-class teaching. Hal ini mengacu pada gaya mengajar guru yang mengusung isi pelajaran kepada peserta didik dan mengajarkannya secara langsung kepada mereka. 

Karena model ini masih merupakan rentetan dari model pembelajaran behavioral, maka sasaran yang dilakukan oleh guru adalah pencapaian tingkah laku yang lebih positif dan lebih baik dari sebelumnya, kepada seluruh peserta didik Dalam model ini juga, guru menjelaskan mengenai suatu konsep baru kepada peserta didik. Pembelajarannya ditekankan pada aspek modelling, reinforcement (penguatan), feedback (respon balik), successive approximation (perkiraan suksesif), yang pada akhirnya tercipta tingkah laku peserta didik yang lebih positif.

Oleh karena karakternya yang seperti itu, tidak semua materi dapat menggunakan model ini, model ini hanya dapat diterapkan pada materi-materi yang membutuhkan latihan, meskipun demikian model ini mempunyai track record empiris yang cukup solid.

Prinsip-prinsip rancangan dalam model Direct Instruction ini adalah:


  • Konseptualisasi performa pembelajaran ke dalam tujuan-tujuan dan tugas-tugas;
  • Menguraikan tugas-tugas tersebut ke dalam komponen-komponen yang lebih kecil;
  • Mengembangkan aktivitas-aktivitas latihan;4)Memastikan adanya penguasaan;
  • Menyusun seluruh situasi pembelajaran ke dalam rangkaian-rangkaian yang memastikan adanya transfer antara satu komponen dengan komponen yang lain;
  • Terpenuhinya prasyarat pembelajaran sebelum menapaki pembelajaran berikutnya.

Keunggulan dari model direct instruction ini adalah :

  • Fokus terhadap pencapaian akademik peserta didik;
  • Arahan dan kontrol guru sangat dominan, 
  • Harapan yang tinggi untuk peserta didik;
  • Sistem manajemen waktu sangat ketat sehingga dalam jangka waktu tertentu pencapaian kemampuan akademik peserta didik dapat terpenuhi.

Dari keunggulan-keunggulan yang dipaparkan di atas, dapat ditarik satu kesimpulan bahwa model ini dirancang sedemikian rupa untuk membuat sebuah lingkungan pembelajaran yang berorientasi pada pencapaian prestasi akademik dan mengharuskan peserta didik untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan pada saat melaksanakan tugas-tugasnya. 

Dalam bagian sebelumnya, telah dipaparkan, bahwa model Direct Instruction ini adalah model pembelajaran yang terdiri dari;

  • penjelasan guru mengenai konsep baru, 
  • menguji pemahaman peserta didik di bawah bimbingan guru, dan 
  • mendorong mereka untuk terus melaksakan praktik. 


Adapun pelaksanaan dari model ini terbagi menjadi tiga tahap yaitu:

Tahap Persiapan

Sebelum melaksanakan model ini, guru membuat ‘kontrak belajar’ yang berisi :

  1. Menentukan materi pelajaran; 
  2. Melakukan peninjauan terhadap materi sebelumnya dan mengaitkan dengan materi yang akan datang (appersepsi); 
  3. Menentukan tujuan pelajaran 
  4. Menentukan prosedur pengajaran diantaranya adalah; 

        -  arahan yang jelas dan eksplisit tentang tugas yang harus dilakukan;
        - penjelasan tentang aktivitas yang harus dilakukan dan dijalani selama proses                        pembelajaran;
        -  Membuat rekapitulasi hasil pelajaran (daftar nilai).


Tahap Pelaksanaan

1) Presentasi yang dilakukan oleh guru adalah sebagai berikut :

  • Menyajikan materi dengan singkat, padat dan memikat; 
  • Menyediakan beragam contoh tentang keterampilan baru; 
  • Memberi gambaran mengenai tugas pembelajaran; 
  • Menghindari digresi, tetap dan konsisten dalam satu topik; 
  • Menjelaskan poin yang sulit. 

2) Praktik yang terstruktur

  • Guru menuntun peserta didik dengan cara memberi contoh 
  • Peserta didik merespons; 
  • Guru memberikan koreksi terhadap kesalahan dan memperkuat praktik yang benar. 

3) Praktik di bawah bimbingan guru

  • Peserta didik melakukan praktik lagi di bawah bimbingan guru 
  • Guru menyuruh peserta didik melakukan praktik secara bergiliran. 

4) Diskusi Guru menguji pemahaman peserta didik tentang skill yang baru diajarkan dengan cara menanyakan pertanyaan yang efektif kepada mereka, dengan cara:

  • Mengajukan pertanyaan yang konvergen yaitu pertanyaan yang mengarah pada satu jawaban; 
  • Memastikan bahwa seluruh peserta didik memiliki kesempatan untuk merespons; 
  • Mengajukan pertanyaan pada mereka selama beberapa waktu; 

5) Menghindari pertanyaan yang tidak berhubungan dengan akademik dan guru memberi respons balik
Dalam memberikan respons balik, hendaknya seorang guru menjadi guru yang efektif dengan kriteria:

  • Apabila jawaban peserta didik salah, guru tidak menghakimi; 
  • Tanggap terhadap peserta didik; 
  • Guru menjelaskan dengan objektif apabila peserta didik mempunyai nilai baik. 

6) Tahap Akhir
Tahap akhir dari rangkaian model Direct Instruction ini adalah dengan melaksanakan praktik mandiri, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Peserta didik melakukan praktik secara mandiri di kelas atau di rumah
Guru menunda memberikan respons terhadap peserta didik apabila mereka belum menyelesaikan seluruh rangkaian materi pelajaran.
Praktik mandiri dilakukan beberapa kali, dalam jangka waktu yang lama.


Demikian Jenis-jenis Pendekatan Saintifik Dalam Pembelajaran Kurikulum 2013 dan Contoh Penerapannya. Semoga bermanfaat